DAFTAR
ISI
Daftar
Isi.................................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................2
BAB II ASAS-ASAS
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BAIK...................................................................3
A. Asas-asas Pembentukan Peraturan Negara
yang Baik..........................3
B. Asas-asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
yang Patut............................................................................................3
C. Asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
yang Baik..............................................................................................4
D. Penerapan Asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
di Indonesia..........................................................................................8
BAB
III KESIMPULAN.......................................................................................9
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Pembahasan
tentang asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, merupakan
suatu masalah yang erat hubungannya dengan bab-bab lain yang berkaitan dengan
Ilmu Perundang-undangan ( dalam arti sempit ), sebagai suatu ilmu yang bersifat
normatif dalam hal ini berhubungan dengan pembentukan norma-norma dalam
peraturan perundang-undangan.
Asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan adalah suatu pedoman atau suatu
rambu-rambu dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.
Dalam bidang
hukum yang menyangkut pembentukan peraturan perundang-undangan negara,Burkhardt
Krems menyebutkan dengan istilah staatsliche Rechtssetzurng, sehingga
pembentukan peraturan itu menyangkut:
1. Isi peraturan;
2. Bentuk dan susunan peraturan;
3. Metode pembentukan peraturan; dan
4. Prosedur dan proses pembentukan
peraturan.
Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, maka asas bagi pembentukan peraturan
perundang-undangan negara akan meliputi asas-asas hukum yang berkaitan dengan
kelima hal tersebut di atas.
Selain
itu Paul Scholten mengemukakan bahwa, sebuah asas hukum (rechtsbeginsel)
bukanlah sebuah aturan hukum (rechtsregel). Untuk dapat dikatakan
sebagai aturan hukum, sebuah asas hukum adalah terlalu umum. Penerapan asas
hukum secara langsung melalui jalan substansi atau pengelompokkan sebagai
aturan tidak mungkin, karena itu terlebih dulu perlu dibentuk isi yang lebih
konkrit. Dengan perkataan lain, asas hukum bukanlah hukum, namun hukum tidak
akan dapat dimengerti tanpa asas-asas tersebut.
BAB
II
ASAS-ASAS
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BAIK
A. Asas-asas Pembentukan Peraturan Negara
yang Baik
Menurut I. C. Van der Viles dalam
bukunya yang berjudul “Het westbegrip en beginselen van behoorlijke
regelegeving” membagi asas-asas dalam pembentukan peraturan negara yang
baik ke dalam asas-asas yang formil dan materil.[1]
1. Asas-asas Formil meliputi:
a) Asas tujuan yang jelas,
b) Asas organ/lembaga yang tepat,
c) Asas perlunya pengaturan,
d) Asas dapatnya dilaksanakan, dan
e) Asas konsensus.
2. Asas-asas Materil meliputi:
a) Asas tentang terminologi dan sistematika
yang benar,
b) Asas tentang dapat dikenali,
c) Asas perlakuan yang sama dalam hukum,
d) Asas kepastian hukum, dan
e) Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan
individual.[2]
B. Asas-asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang Patut
Menurut A. Hamid S. Attamani
berpendapat, bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan Indonesia yang
patut adalah sebagai berikut:
1. Cinta Hukum Indonesia,
2. Asas negara berdasar atas hukm dan asas
pemerintahan berdasar sisitem konstitusi, dan
3. Asas-asas lainnya.[3]
Adapun
asas-asas lainnya itu meliputi:
a)
Asas-asas
negara berdasar atas hukum yang menempatkan undang-undang sebagai alat
pengaturan yang khas berada dalam keutamaan hukum, dan
b)
Asas-asas
pemerintahan berdasar sistem konstitusi yang menempatkan undang-undang sebagai
dasar dan batas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintah.[4]
Asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut itu meliputi juga:
1) Asas tujuan yang jelas,
2) Asas perlunya pengaturan,
3) Asas organ/lembaga dan materi muatan
yang tepat,
4) Asas dapatnya dilaksanakan,
5) Asas dapatnya dikenali,
6) Asas perlakuan yang sama dalam hukum,
7) Asas kepastian hukum, dan
8) Asas pelaksanaan hukum sesuai keadilan
individual.
C. Asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang Baik
Sebagai mana yang dijelaskan dalam
undang-undang No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang terdapat dalam Pasal 5 dan Pasal 6 yang dirumuskan
sebagai berikut:
a. Pasal 5
Dalam
membentuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang baik meliputi:
1) Kejelasan tujuan,
2) Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat,
3) Kesesuaian antara jenis dan materi
muatan,
4) Dapat dilaksanakan,[5]
5) Kedayagunaan dan kehasilgunaan,
6) Kejelasan rumusan, dan
7) Keterbukaan.[6]
Penjelasan
dari asas-asas yang dimaksud dalam Pasal 5 diatas adalah sebagai berikut:
a) Asas
kejelasan tujuan
Bahwa
setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang
jelas yang hendak dicapai,
b) Asas kelembagaan atau organ pembentuk
yang tepat
Bahwa
setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang,
c) Asas kesesuaian antara jenis dan materi
muatan
Bahwa
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan
materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya,
d) Asas dapat dilaksanakan
Bahwa
setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan
efektiftas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik
secara filosofis, yuridis maupun sosiologis,
e) Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan
Bahwa
setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan
dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara,
f) Asas kejelasan rumusan
Bahwa
setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan
peraturan perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi,
serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, dan
g) Asas keterbukaan
Bahwa dalam
proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan,
persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.[7]
b. Pasal 6
( 1 ) Materi
muatan Peraturan Perundang-undangan mengandung asas:
a) Pengayoman,
b) Kemanusiaan,
c) Kebangsaan,
d) Kekeluargaan,
e) Kenusantaraan,
f) Bhineka tunggal ika,
g) Keadilan,
h) Kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan,
i)
Ketertiban
dan kepastian hukum, dan
j)
Keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan
( 2 ) Selain asas
sebagaimana dimaksud pada ayat 9 ( 1 ), Peraturan Perundang-undangan tertentu
dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan
yang bersangkutan.[8]
Adapun
penjelasan dari Pasal 6 ayat ( 1 ) dan ( 2 ), yaitu:
a) Penjelasan dari Pasal 6 ayat ( 1 ):
a) Asas pengayoman
Adalah
peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam
rangka menciptakan ketentramana masyarakat.
b)
Asas
kemanusiaan
Bahwa
setiap materi muatan peraturan perundag-undangan harus menverminkan
perlindungan dan pengayoman hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat
setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proposional.
c) Asas kebangsaan
Adalah
bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan
sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik dengan tetap menjaga prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d) Asas kekeluargaan
Setiap
materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan musyawaarh untuk
mrncapai mufakat dalam setiap pengembalian keputusan.[9]
e) Asas kenusantaraan
Adalah
setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan
perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan dari sistem hukum nasional
berdasarkan pencasila.
f) Asas bhineka tunggal ika
Bahwa
materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku, golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya
yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
g) Asas keadilan
Setiap
mteri muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proposional
bagi setiap warga negara tanpa kecuali.[10]
h) Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan
Adalah
bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal
yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang ( agama, suku, ras,
golongan, gender, atau status sosial ).
i) Asas ketertiban dan kepastian hukum
Bahwa
setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus bisa menimbulkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
j) Asas keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan
Setiap
peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan
bangsa dan negara.[11]
b) Penjelasan dari Pasal 6 ayat ( 2 ),
yaitu:
Bahwa
yang dimaksud dengan asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan
Perundang-undangan yang bersangkutan antara lain:
a) Dalam hukum pidana, misalnya: asas
legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan
asas praduga tak bersalah, dan
b) Dalam hukum perdata, misalnya: dalam
hukum perjanjian ( asasa kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik ).[12]
D. Penerapan Asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia
Dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan yang berlaku saat ini terdapat kecenderungan untuk
meletakkan asas-asas hukum atau asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan tersebut di dalam salah satu pasal-pasal awal, atau dalam
Bab Ketentuan Umum, seperti dirumuskan dalam Lampiran Undang-undang No. 10 Th.
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Apabila hal tersebut dilakukan, maka hal
itu tidaklah sesuai dengan pendapat Paul Scholten di atas pada bab pendahuluan,
atau dengan perkataan lain peraturan perundang-undangan tersebut sudah
menjadikan suatu asas hukum atau asas pembentukan peraturan perundang-undangan
menjadi suatu norma hukum, hal tersebut akan berakibat adanya suatu sanksi
apabila asas-asas tersebut tidak dipenuhi atau tidak dilaksanakan.[13]
Oleh karena itu, seharusnya para
pembentuk peraturan perundang-undangan tidak lagi menjadikan suatu asas hukum
atau asas pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum dalam
peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk.[14]
BAB III
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas maka kami sebagai pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
1) Asas-asas pembentukan peraturan negara
yang baik itu ada dua asas, yaitu asas formil dan asas materil.
Ø Asas formil meliputi:
a. Asas tujuan yang jelas;
b. Asas organ/lembaga yang tepat;
c. Asas perlunya pengaturan;
d. Asas dapatnya dilaksanakan; dan
e. Asas konsensus.
Ø Asas materil meliputi:
a. Asas tentang terminologi dan sistematika
yang benar;
b. Asas tentang dapat dikenali;
c. Asas perlakuan yang sama dalam hukum;
d. Asas kepastian hukum; dan
e. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual
2) Asas-asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang patut itu meliputi
8 ( delapan ) asas, yaitu:
a. Asas tujuan yang jelas;
b. Asas perlunya pengaturan;
c. Asas organ/lembaga dan materi muatan
yang tepat;
d. Asas dapatnya dilaksanakan;
e. Asas dapatnya dikenali;
f. Asas perlakuan yang sama dalam hukum;
g. Asas kepastian hukum; dan
h. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadilan
individual.
3) Asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik itu telah dirumuskan dalam Pasal 5 dan Pasal 6
ayat ( 1 ) dan ( 2 ).
DAFTAR
PUSTAKA
Farida
Indriati S, Maria. Ilmu perundang-undangan 2, cet. 1, Yogyakarta:
Kanisius ( Anggota IKAPI ), 2007
Undang-Undang
Republik Indonesia No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
Farida
Indriati S, Maria. Ilmu perundang-undangan ( Dasar-dasar dan Pembentukannya)
Kanisius ( Anggota IKAPI ), 1998
Hamidi
Budiman, Jazim. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam Sorotan
undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan peraturan
perundang-undangan dilengkapi dengan analisa kritis, (Jakarta : PT. Tata Nusa. 2005)
http://kuliahade.wordpress.com
[1] Maria
Farida Indriati, Ilmu perundang-undangan 2, cet. 1, Yogyakarta: Kanisius
( Anggota IKAPI ), hlm. 227
[2]
http://kuliahade.wordpress.com
[4] Ibid: hlm. 229
[5]Maria
Farida Indriati, Ilmu perundang-undangan ( Dasar-dasar dan Pembentukannya)
Kanisius ( Anggota IKAPI ), hlm. 197
[6] Undang-undang Republik
Indonesia No. 10 Th. 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hlm. 5
[7] Lihat penjelasan atas
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, hlm. 35-36
[8] Undang-undang
Republik Indonesia No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, hlm. 5-6
[10] Ibid: hlm. 234
[11] Lihat penjelasan atas
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, hlm. 35-36
[12] Jazim Hamidi &
Budiman, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam Sorotan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, (Jakarta : PT. Tata Nusa. 2005) hlm. 45
[13] Ibid: hlm. 238