Selasa, 23 Desember 2014

Kumpulan Tugas: Ilmu Perundang Undangan

Kumpulan Tugas: Ilmu Perundang Undangan: DAFTAR ISI Daftar Isi...................................................................................................................

Kamis, 27 November 2014

Ilmu Perundang Undangan



DAFTAR ISI
Daftar Isi.................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................2
BAB II ASAS-ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BAIK...................................................................3
A.  Asas-asas Pembentukan Peraturan Negara yang Baik..........................3
B.  Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
 yang Patut............................................................................................3
C.  Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
yang Baik..............................................................................................4
D.  Penerapan Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
di Indonesia..........................................................................................8
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

















BAB I
PENDAHULUAN
Pembahasan tentang asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, merupakan suatu masalah yang erat hubungannya dengan bab-bab lain yang berkaitan dengan Ilmu Perundang-undangan ( dalam arti sempit ), sebagai suatu ilmu yang bersifat normatif dalam hal ini berhubungan dengan pembentukan norma-norma dalam peraturan perundang-undangan.
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan adalah suatu pedoman atau suatu rambu-rambu dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.
Dalam bidang hukum yang menyangkut pembentukan peraturan perundang-undangan negara,Burkhardt Krems menyebutkan dengan istilah staatsliche Rechtssetzurng, sehingga pembentukan peraturan itu menyangkut:
1.    Isi peraturan;
2.    Bentuk dan susunan peraturan;
3.    Metode pembentukan peraturan; dan
4.    Prosedur dan proses pembentukan peraturan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka asas bagi pembentukan peraturan perundang-undangan negara akan meliputi asas-asas hukum yang berkaitan dengan kelima hal tersebut di atas.
Selain itu Paul Scholten mengemukakan bahwa, sebuah asas hukum (rechtsbeginsel) bukanlah sebuah aturan hukum (rechtsregel). Untuk dapat dikatakan sebagai aturan hukum, sebuah asas hukum adalah terlalu umum. Penerapan asas hukum secara langsung melalui jalan substansi atau pengelompokkan sebagai aturan tidak mungkin, karena itu terlebih dulu perlu dibentuk isi yang lebih konkrit. Dengan perkataan lain, asas hukum bukanlah hukum, namun hukum tidak akan dapat dimengerti tanpa asas-asas tersebut.





BAB II
ASAS-ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BAIK
A.    Asas-asas Pembentukan Peraturan Negara yang Baik
Menurut I. C. Van der Viles dalam bukunya yang berjudul “Het westbegrip en beginselen van behoorlijke regelegeving” membagi asas-asas dalam pembentukan peraturan negara yang baik ke dalam asas-asas yang formil dan materil.[1]
1.    Asas-asas Formil meliputi:
a)      Asas tujuan yang jelas,
b)      Asas organ/lembaga yang tepat,
c)      Asas perlunya pengaturan,
d)     Asas dapatnya dilaksanakan, dan
e)      Asas konsensus.
2.    Asas-asas Materil meliputi:
a)      Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar,
b)      Asas tentang dapat dikenali,
c)      Asas perlakuan yang sama dalam hukum,
d)     Asas kepastian hukum, dan
e)      Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual.[2]
B.     Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Patut
Menurut A. Hamid S. Attamani berpendapat, bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan Indonesia yang patut adalah sebagai berikut:
1.      Cinta Hukum Indonesia,
2.      Asas negara berdasar atas hukm dan asas pemerintahan berdasar sisitem konstitusi, dan
3.      Asas-asas lainnya.[3]
Adapun asas-asas lainnya itu meliputi:
a)         Asas-asas negara berdasar atas hukum yang menempatkan undang-undang sebagai alat pengaturan yang khas berada dalam keutamaan hukum, dan
b)        Asas-asas pemerintahan berdasar sistem konstitusi yang menempatkan undang-undang sebagai dasar dan batas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintah.[4]
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut itu meliputi juga:
1)   Asas tujuan yang jelas,
2)   Asas perlunya pengaturan,
3)   Asas organ/lembaga dan materi muatan yang tepat,
4)   Asas dapatnya dilaksanakan,
5)   Asas dapatnya dikenali,
6)   Asas perlakuan yang sama dalam hukum,
7)   Asas kepastian hukum, dan
8)   Asas pelaksanaan hukum sesuai keadilan individual.
C.    Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik
Sebagai mana yang dijelaskan dalam undang-undang No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang terdapat dalam Pasal 5 dan Pasal 6 yang dirumuskan sebagai berikut:
a.    Pasal 5
Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik meliputi:
1)   Kejelasan tujuan,
2)   Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat,
3)   Kesesuaian antara jenis dan materi muatan,
4)   Dapat dilaksanakan,[5]
5)   Kedayagunaan dan kehasilgunaan,
6)   Kejelasan rumusan, dan
7)   Keterbukaan.[6]
Penjelasan dari asas-asas yang dimaksud dalam Pasal 5 diatas adalah sebagai berikut:
a)   Asas  kejelasan tujuan
Bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai,
b)   Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
Bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang,
c)    Asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan
Bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya,
d)   Asas dapat dilaksanakan
Bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektiftas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis,
e)    Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan
Bahwa setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
f)     Asas kejelasan rumusan
Bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti, dan

g)   Asas keterbukaan
 Bahwa dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.[7]
b.   Pasal 6
( 1 ) Materi muatan Peraturan Perundang-undangan mengandung asas:
a)      Pengayoman,
b)      Kemanusiaan,
c)      Kebangsaan,
d)     Kekeluargaan,
e)      Kenusantaraan,
f)       Bhineka tunggal ika,
g)      Keadilan,
h)      Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan,
i)        Ketertiban dan kepastian hukum, dan
j)        Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
( 2 ) Selain asas sebagaimana dimaksud pada ayat 9 ( 1 ), Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.[8]
Adapun penjelasan dari Pasal 6 ayat ( 1 ) dan ( 2 ), yaitu:
a)   Penjelasan dari Pasal 6 ayat ( 1 ):
a)   Asas pengayoman
Adalah peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentramana masyarakat.
b)        Asas kemanusiaan
Bahwa setiap materi muatan peraturan perundag-undangan harus menverminkan perlindungan dan pengayoman hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proposional.
c)    Asas kebangsaan
Adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d)   Asas kekeluargaan
Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan musyawaarh untuk mrncapai mufakat dalam setiap pengembalian keputusan.[9]
e)    Asas kenusantaraan
Adalah setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan dari sistem hukum nasional berdasarkan pencasila.
f)     Asas bhineka tunggal ika
Bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g)   Asas keadilan
Setiap mteri muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proposional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.[10]
h)   Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Adalah bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang ( agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial ).
i)     Asas ketertiban dan kepastian hukum
Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus bisa menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
j)     Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
Setiap peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.[11]
b)   Penjelasan dari Pasal 6 ayat ( 2 ), yaitu:
Bahwa yang dimaksud dengan asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan antara lain:
a)   Dalam hukum pidana, misalnya: asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah, dan
b)   Dalam hukum perdata, misalnya: dalam hukum perjanjian ( asasa kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik ).[12]
D.    Penerapan Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini terdapat kecenderungan untuk meletakkan asas-asas hukum atau asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut di dalam salah satu pasal-pasal awal, atau dalam Bab Ketentuan Umum, seperti dirumuskan dalam Lampiran Undang-undang No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Apabila hal tersebut dilakukan, maka hal itu tidaklah sesuai dengan pendapat Paul Scholten di atas pada bab pendahuluan, atau dengan perkataan lain peraturan perundang-undangan tersebut sudah menjadikan suatu asas hukum atau asas pembentukan peraturan perundang-undangan menjadi suatu norma hukum, hal tersebut akan berakibat adanya suatu sanksi apabila asas-asas tersebut tidak dipenuhi atau tidak dilaksanakan.[13]
Oleh karena itu, seharusnya para pembentuk peraturan perundang-undangan tidak lagi menjadikan suatu asas hukum atau asas pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum dalam peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk.[14]


















BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka kami sebagai pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
1)   Asas-asas pembentukan peraturan negara yang baik itu ada dua asas, yaitu asas formil dan asas materil.
Ø Asas formil meliputi:
a.    Asas tujuan yang jelas;
b.    Asas organ/lembaga yang tepat;
c.    Asas perlunya pengaturan;
d.   Asas dapatnya dilaksanakan; dan
e.    Asas konsensus.
Ø Asas materil meliputi:
a.    Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar;
b.    Asas tentang dapat dikenali;
c.    Asas perlakuan yang sama dalam hukum;
d.   Asas kepastian hukum; dan
e.    Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual
2)   Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut itu meliputi  8 ( delapan ) asas, yaitu:
a.    Asas tujuan yang jelas;
b.    Asas perlunya pengaturan;
c.    Asas organ/lembaga dan materi muatan yang tepat;
d.   Asas dapatnya dilaksanakan;
e.    Asas dapatnya dikenali;
f.     Asas perlakuan yang sama dalam hukum;
g.    Asas kepastian hukum; dan
h.    Asas pelaksanaan hukum sesuai keadilan individual.
3)   Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik itu telah dirumuskan dalam Pasal 5 dan Pasal 6 ayat ( 1 ) dan ( 2 ).


DAFTAR PUSTAKA
Farida Indriati S, Maria. Ilmu perundang-undangan 2, cet. 1, Yogyakarta: Kanisius ( Anggota IKAPI ), 2007
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Farida Indriati S, Maria. Ilmu perundang-undangan ( Dasar-dasar dan Pembentukannya) Kanisius ( Anggota IKAPI ), 1998
Hamidi Budiman, Jazim. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam Sorotan undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan peraturan perundang-undangan dilengkapi dengan analisa kritis,  (Jakarta : PT. Tata Nusa. 2005)
http://kuliahade.wordpress.com


[1] Maria Farida Indriati, Ilmu perundang-undangan 2, cet. 1, Yogyakarta: Kanisius ( Anggota IKAPI ), hlm. 227
[2] http://kuliahade.wordpress.com
[3]Ibid: hlm.228
[4] Ibid: hlm. 229
[5]Maria Farida Indriati, Ilmu perundang-undangan ( Dasar-dasar dan Pembentukannya) Kanisius ( Anggota IKAPI ), hlm. 197
[6] Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Th. 2004  tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hlm. 5
[7] Lihat penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hlm. 35-36
[8] Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Th. 2004  tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hlm. 5-6
[9] Ibid: hlm. 37
[10] Ibid: hlm. 234
[11] Lihat penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Th. 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hlm. 35-36
[12] Jazim Hamidi & Budiman, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam Sorotan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, (Jakarta : PT. Tata Nusa. 2005) hlm. 45
[13] Ibid: hlm. 238
[14] Maria Farida Indriati. Ilmu perundang-undangan 2, cet. 1, hlm. 239